...and the story begin
DUKA TERDALAM BAGI JOGJA
Tuesday, May 30, 2006
 
Pagi itu, di Hotel Agas Internasional lantai empat sehabis shalat subuh, saya yang kebetulan ada acara kantor di Solo siap siap turun untuk sarapan. Memanggil teman-teman yang lain yang kebetulan berhadapan kamar untuk diajak berbarengan ke bawah.
Kami dikejutkan getaran hebat. Kami langsung berhamburan menuju lantai bawah dengan ketakutan. Ibu ibu menangis histeris, anak kecil terjebak di lift, membaur dalam kepanikan.

Acara Rapat Koordinasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surakarta dumulai dengan ketakutan adanya gempa susulan, maklumlah acara dilangsungkan di lantai 5. Listrik padam, praktis acara tidak berjalan lancar. Ditambah lagi beberapa peserta enggan naik ke atas. Acara dipindahkan di ruang sidang Fakultas Ekonomi di lantai 2. Saya nggak menyangka sama sekali, gempa yang hanya hitungan menit itu meluluhlantakkan Jogja dan sekitarnya. Kabar itu saya dapat dari beberapa teman yang berada di Jakarta dan tempat lain yang memantau perkembangan pasca gempa. beberapa kali saya mencoba kontak keluarga di Jogja, tapi saya tidak menemukan jawaban dari pertanyaan kekalutan saya.

Acara ditutup pukul 11.45 yang semula direncanakan berakhir pukul 16.00. Lega rasanya bisa mengakhiri acara ini dan ingin segera pulang, memastikan keluarga saya dalam keadaan baik baik saja.

Di sepanjang jalan menuju Jogja, pemandangan memilukan dan suara sirine ambulance yang mengiris batin, membuat air mata mengalir deras tak terbendung. Sekelebat bayangan anggota keluarga hadir silih berganti, saya tak sabar tiba di rumah.

Alhamdulillah keluarga saya semuanya selamat. Rumah-rumah di lingkungan tempat tinggal saya beberapa ada yang hancur dan tak layak huni. karena kami tinggal di Kabupaten Bantul sekitar 3 KM saja dari Bantul kota.

Listrik padam,persediaan air bersih tak mencukupi, ditambah hujan membuat kondisi semakin buruk. Persediaan logistik menipis. Kami hanya bertahan dengan mengumpulkan bahan makanan yang masih ada dari rumah kami dan memasaknya untuk bisa dimakan bersama, masih di tenda darurat yang dibikin oleh masyarakat.

Toko-toko tutup, kami kekurangan bahan pangan. Listrik masih padam sehingga kami kesulitan untuk mengakses berita televisi.

Lima hari pasca gempa...
Jogja menggeliat, toko-toko mulai banyak yang dibuka, listrik mulai menyala, air bersih tercukupi, dan kami mulai kembali ke rumah, menata sisa gempa yang berserak. namun tidak untuk Bantul...meski bantuan banyak mengalir, tapi banyak daerah tak terjamah. Mereka hanya mendirikan tenda kecil di atas puing rumah mereka, makan seadanya, bahkan banyak diantara mereka yang hanya minum air putih saja, dan untuk penerangan hanya dijatah minyak tanah satu botol kraktingdaeng. Saya tak berhenti menyusut air mata. Menyaksikan di sepanjang jalan yang menggambarkan kedukaan mendalam. Belum ada kemajuan yang berarti setelah lima hari bencana.

Terima kasih setulus hati dan tak terhingga saya ucapkan untuk teman teman yang perduli, menguatkan hati, memajatkan doa. Semoga Allah memberikan yang terbaik dalam hidup kalian. I Love U, Really Love U...
unai @ 4:59 PM -

Tuesday, May 23, 2006
 


Fajar membuka hari
Menggantung harap di puncak tertinggi
Memaksaku untuk segera meraih hari
Jangan sampai terlewati
Tanpa sesuatu yang berarti

Matahari membakar langitku siang ini
Mencipta fatamorgana di setiap sudutnya
Menawarkan indah yang tak nyata
Memaksa aku untuk melompat ke dalamnya

Kita kelelahan,
Meski kita masih memiliki beberapa kerat roti sebagai bekal
Namun tidak untuk dahaga kita
Duduklah dulu di sini
Di bawah rindangnya mahoni
Menghirup wangi dari kelopak kecil berwarna kuning ini
Yang gugur berserak di tepi

Bayu menautkan kita
Hati kita

Yakinlah
Senja masih indah untuk kita nikmati berdua
Memandang kaki langit berwarna saga
Membuat prasati dalam setiap peristiwa
Lara dan luka sebagai obatnya
Canda dan tawa adalah penyempurnanya

*jangan lelah bibir berucap doa...kita kan selamat sampai ke sana
*Yogyakarta, 18 Mei 2006.
unai @ 4:45 PM -

HARI INI
Sunday, May 21, 2006
 



Jika datang pagi...maka jangan kau menunggu datangnya senja.
Hari ini datang dengan mentari yang menyinarimu
Umurmu hanya sehari... dan tak akan pernah akan kembali
Anggaplah begitu...
Anggaplah rentang hidup adalah hari ini saja

Jalani hidupmu hari ini tanpa kesedihan .
Tanpa perasaan tidak menerima .
Tanpa perasaan iri.
juga dengki.

Jika kau berfikir dan dapat mengembangkan
Menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan
Maka manfaatkanlah hari ini dengan detiknya
Untuk membangun kepribadian dari semua potensi yang ada
Mensyukuri nikmat dan karunia-Nya

Kita yang setiap harinya berkecimpung
Di alam bebas dan disetiap lorong waktu kekosongan
Disetiap detak jantung di dalam pergantian siang dan malam
Kita hidup hari ini saja...
Karenanya...
Tanamlah nilai nilai keutamaan di dalam hati
Cabutlah pohon kejahatan yang berakar
serta ranting rantingnya yang berduri.


*masih....hari ini milik kita
unai @ 6:57 PM -

Purnama Berlalu dan Sebelah Sayap Itu
Thursday, May 18, 2006
 


Purnama berlalu,
Berjingkat perlahan
Meninggalkan reranting kering yang meranggas
Di sepertiga malam beku

Kuhitung detik satu satu
Seperti aku menghitung hari yang telah aku lalui bersamamu
Mengenang kembali ketika cinta menautkan kita
Ketika kuncup harap kita berbunga nyata
Ketika segala aral dapat kita lalui bersama
Menggenggam hati kita untuk tetap di koridornya

Purnama berlalu
Persis ketika malam ini kau tak disisiku
Terbiar kaku dalam kesendirianku
Dalam menghitung detik itu satu satu

Ini separuh hatiku
Untukmu
Dan separuh sayapmu yang tlah kau berikan sejak dulu
telah aku kepakkan perlahan

Lihat, Aku tlah mampu terbang
Karenamu

*terima kasih untuk sebelah sayap yang kau berikan

Yogyakarta, 18 Mei 2006
Lewat tengah malam
unai @ 8:42 PM -

TAS-KU ISINYA APA YA?
Wednesday, May 17, 2006
 
Sebetulnya sudah lama disambit sama jeng Yaya, lamaaaa banget, sampe takut kalo sudah expired, eh ditimpuk lagi nih sama jeng Diana, benjol deh.

Sebetulnya lagi, malu juga bongkar bongkar isi tas. Isinya standar banget. Gak ada yang istimewa, Lagian kan tas yang aku bawa gak melulu isinya sama. Mosok kalo mau naek gunung bawa alat alat kantor, gitu juga sebaliknya ke kantor bawa ransel, kaya dora aja :) sesuai occasion lah.

Tas gede favoritku isinya..



1. Dompet item ini, penting karena ini nyawa, kalo gak bawa...bisa ngutang nih.

2. HP juga, nyawa ke dua.

3. Tas pink isinya bedak dan temen temennya. Padahal gak suka dandan deh. Biasanya tas kecil yang aku bawa warnanya kuning, tapi berhubung kuningnya sudah berubah warna menjadi coklat. maka aku cuci lah yang kuning, ganti deh dengan pink. tak ada kuning, pink pun jadilah *secara warna favorit jhe.

4. Pocket Camera juga pasti ada di tas, gak pernah tinggal. Kalo ketinggalan, pasti aku balik lagi deh ke rumah, walaupun sudah lewat jauh. Tau lah buat apa :)

5. Nah yang item itu hardisc, aku bawa bawa soalnya arsip rahasia gak aku simpen di kompie kantor karena dishare jadi temen bisa baca deh. Lagi pula flash discku kapsitasnya kecil, ini juga gak boleh ketinggalan.

6. Pencil case warna kuning deh, karena gak suka barang barang kecil bertebaran di tas, makanya aku lebih suka kalau pensil dan teman-temannya berada aman di tempatnya.

7. Ada juga agenda kecil, aku kasih nama dia buku pinter. Isinya muacem muacem, semua ada dan di bawahnya ada buku bacaan, kemana aja dibawa, takut kalo suntuk gak ada yang dibaca.

Sudah deh keknya cuman itu isinya. Gak ada yang istimewa kan?. Nah biar gak benjol sendirian, pengen tau juga isi tasnya Mpok Ciplok, BubuDavin, dan WesyCici. Hmmmm ayo cepetan ditangkep ya...
unai @ 9:20 PM -

Kidung Untuk Lily Putih
Sunday, May 14, 2006
 
Untukmu lily putih
Kidung ini aku nyanyikan
Sebagai ucap tulus hati terdalam
Atas seulas senyum yang kau berikan
Untuk wangi yang kau tebarkan
Dari pagi hingga petang menjelang

Kadang kau tertunduk lesu
Panas mentari menerpamu
Meski kau kuletakkan di kanopi hatiku
Tapi sinarnya mencuri masuk menyapamu
Menyentuh putihmu

Tapi bila rinai datang menyapamu
Kau melonjak kegirangan
Menegakkan tangkai bungamu yang semula kau rundukkan
Senyum merekah merah
Dalam indah pesona sempurnamu
Terima kasih lily putih
Kau tebar wangi di ruang hati
Mencubit pipi untuk tersenyum kembali
unai @ 2:39 PM -

Saturday, May 13, 2006
 









Musim belum berganti
Hujan masih mengakrabi bumi
Mencumbuinya dengan titik titik yang berirama
Membasahi meski tiada dahaga

Aku di sini
Mencermati rangkaian metafor yang kau titipkan
Mencoba mencari makna di dalamnya
Menikmati indahnya bersama hujan
Menari riang dalam kebasahan
Menggigil ketika hujan tak kunjung terang
Musim masih enggan berganti
Namun ada rindu di sini
Rindu ini tak hendak menepi
Aku tersungkur membawanya pergi
unai @ 3:06 AM -

DI MANA WAHAI NURANI?
Wednesday, May 10, 2006
 
*Sungguh tak sedikitpun aku mengerti apa yang terlintas di benakmu, wahai engkau yang mengaku berkuasa? Wahai engkau yang mengaku memiliki nurani?*

Aku memang tak pantas memberikan penilaian terhadapmu. Tapi lakumu!! Sungguh, kau mengabaikan etika. Di mana hatimu kau letakkan? Bahkan isi kepalamu-pun tak tau kau simpan di mana? Atau mungkin kau tidak memiliki keduanya, hati dan isi kepala.
*Maaf !* Untuk mengucapkan kata itupun sepertinya bibir kami tak pantas.

Seperti menjentikkan jari saja, ketika kau mencoba menyingkirkan apa-apa yang tak kau inginkan. Semua yang akan menghambat kelancaran karir tipu muslihatmu akan kau singkirkan perlahan. Hmmm sepertinya kau juga tak bermental. Kau ternyata tak mampu sparring. Bersaing mengalahkan kami yang in fact kami memang lemah, tapi kau tak bernyali mengalahkan kami. Kau lebih memilih hasutan sebagai senjata andalanmu, yang semoga saja akan menjadi bumerang buatmu. Karena aku yakin, Allah tak pernah tidur.

Buat kau !!! aku akan menunjukkan suatu tempat kursus etika bergengsi di kota ini, di mana kau bisa belajar banyak, dan setelah lulus kau akan lebih mampu menggunakan hati dan otakmu, bersamaan. Ugh !!!
unai @ 6:30 PM -

KOPI PAHIT DALAM HARI-KU
Tuesday, May 09, 2006
 
Sudah lewat tengah malam. Ini berarti sudah lebih dari tujuh malam aku melewatkannya, membiarkan tengah malam berlalu, melenggang dengan tenang meninggalkan aku dengan bergelas-gelas kopi pahit, yang memacu adrenalin, menghentak dan menggedor jantungku untuk bekerja lebih cepat daripada otak. Kenapa harus kopi pahit? Bukankah kopi akan lebih nikmat dengan tambahan gula sedikit? Sedikit saja jangan berlebih, karena akan menyisakan letar di lidah. Kopi pahit, buatku memberi sedikit pemaknaan akan hidup. Pahit, namun harum aroma yang meruap menghadirkan kerinduan tersendiri buatku. Kerinduan tak terkatakan seperti rasa kopi itu PAHIT!!!

Tengah malam hampir berlalu, lewat.Kurasa angin berhembus pelan disekitarku, namun dinginnya menusuk merasuk sampai ke tulang. Kuhirup rindu ini satu satu, kutelan saja, lalu kubiarkan ia dicerna untuk kemudian aku keluarkan lagi dalam bentuk yang lain atau bahkan tidak berbentuk. Aku sudah tak ingin! Sungguh!! Memikirkamu membuat waktu seperti tercekat, tak mau berputar, membuat kerja otak melemah, menggerus mimpi yang sesungguhnya bukan mimpiku. Karena bukankah aku tlah mengatakannya bahwa aku tak kan pernah menjual diriku untuk sebuah ilusi. Kau boleh terbahak mendengarnya. Itulah kenyataan. Aku hanya ingin menjalani hari ini dengan baik dengan sesekali menoleh ke belakang, sekali lagi bukan untuk rinduku tapi lebih untuk menguatkan hatiku, bahwa aku tlah melewati saat sulit itu.

Dengarlah !! hatiku masih mampu berdenting, membuat harmonisasi sempurna di nada mayor ataupun minor, tanpa jariku harus terluka memetik dawaiku. Kau harus tau, ada kehidupan setelah ini, setelah esok, bahkan setelah matipun. Jadi tak salah jika aku masih memiliki harap, bukan ilusi. Harap akan mekarnya kuncup-kuncup melati yang kutanam di taman hatiku. Meski mentari enggan menyinari mayapadaku dan meski aku harus memiliki tungkai yang kuat untuk berdiri memapah ragaku, di ujung bianglala yang tercabik ini.

*Ini adalah gelas terakhir kopi pahitku.Takkan kutenggak lagi
unai @ 3:59 PM -

Sunday, May 07, 2006
 
Wahai masa lalu yang telah berlalu, tenggelamlah bersama mataharimu...
Kau tlah meninggalkanku, pergi dan takkan pernah kembali lagi
Wahai masa depan yang masih dalam keghaiban...
Aku takkan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi
Dan takkan menjual diri untuk ilusi
Aku takkan memburu sesuatu yang belum ada..
Esok hari adalah sesuatu yang belum dicipta
Jadi tidak pantas untuk dikenang...

*hari ini adalah hari ini
unai @ 6:15 PM -

Nyanyian Kupu Kupu
 
Dua kupu kupu terbang rendah
Hinggap melepas lelah di kuntum mawar merah muda
Mengisap madu..
Bercengkrama dengan kuntum bunga warna warni

Dua kupu kupu terbang rendah
Satu berwarna biru dan yang lainnya berwarna kuning
Saling sapa...
Tertawa bahagia

Kumbang terbang diantara kuntum
Mengisap madu bersama kupu
Berbagi madu di kuntum yang sama
Tertawa... bahagia

Lihatlah..kuntum-pun tersenyum
Merona merah jambu
bahagia...
Berbisik pada kupu-kupu dan kumbang
bahwa hidup adalah untuk berbagi


*betul kang!!
unai @ 2:29 PM -

Thursday, May 04, 2006
 
Di belahan kabut pagi yang memburamkan pandangan
Di tetes hujan yang bergemiricik di teritisan
Embun dingin bergulir di ujung daun.
Menggeliat enggan, berteman cahaya emas mentari
Yang menyembul malu malu

Aku masih di sini
Dengan redup cahaya matahati yang berpendar
Dengan pembuluh darah yang terkunci
Dengan sisa tenaga aku bernafas di lorong hati yang sempit

Nyeri itu mengental
Aku tak ingin menjadikan makna luka ini lahir di kebutaan yang panjang
Aku datang
Menziarahi hatiku
Berbekal kuntum anggrek putih juga melati
Menebar wangi yang merongga
Biar sepi tak terasa gelap
Ku lagukan senandung itu
Bukan senandung kematian

Aku tergulung senyuman hujan
Takkan kubiarkan pikiranku tinggal
Di serpih udara yang kemudian hilang


*tersenyumlah*
unai @ 5:10 PM -

Ujung Rindu Telaga Ganggang Hijau
Monday, May 01, 2006
 
Pokok yang dulu menjulang, kini rebah ditepian
Lapuk terbakar matahari, tersiram hujan
Beberapa rantingnya masih menjuntai, tanpa daun hijau
Kering meski disekitarnya dirimbuni semak

Angin senja meriakkan telaga ganggang hijau di hadapannya
Di tepian rimba bersemak
Di dekat pokok pohon itu
Menampar wajah pasi, menggerogoti sunyi

Ku petik beberapa bunga rumput liar berwarna ungu
Ku petik juga yang kuning, dan merangkainya
Sekedar teman senandungku hatiku
Yang lirih nyaris tak terdengar

Aku mematut diri
Bercermin pada telaga ganggang hijau yang beriak
Aku tau ia tak dalam
Tak kutemui aku di sana
Hanya siluet bayang yang bergelombang

Kupejamkan mata letihku
Berharap kau mengerti
Aku tlah menanti hingga letih
Di sini
Di ujung rinduku
Di telaga ganggang hijau
Tempat dulu kita selalu bertemu
unai @ 6:45 PM -

 
Profile

unai - Yogya, Indonesia
Sebelum kita mengantarkan mentari pulang ke peraduan, mari buka tirai sejenak, agar angin menelusupkan damai...meninggalkan rahasia..entah untuk siapa??? UNTUKMU ???
My profile

 
tag here please
Free shoutbox @ ShoutMix
 
 
Guys Next Door
 
Other Side of Me
 
 
Hobbies
 
Previous Post
 
Recent Comments
 
Archives
 
credits

BLOGGER


BlogFam Community

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 62
Lomba Hut ke-3 Blogfam

Tour de Djokdja

Pesta Blogger 2007